KJRI Mencatat Ada 9.034 WNI Yang Sekarang Tengah Menetap Di Abha – Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah jamin keamanan WNI di daerah Abha, Arab Saudi ditengah-tengah perselisihan serangan rudal yang dilemparkan oleh barisan pemberontak di Yaman. KJRI memiliki komitmen memberi service terintegrasi (yandu) serta pertolongan perlakuan beberapa masalah.
“Ditengah-tengah kondisi keamanan yang kurang aman, KJRI Jeddah masih memiliki komitmen lakukan service terintegrasi (Yandu) di wilayah itu dari 28-29 Juni. Ini mengingat jumlahnya permintaan dari warga WNI yang memerlukan service keimigrasian, kekonsuleran, ketenagakerjaan serta pertolongan perlakuan beberapa masalah,” tutur Konsul Jenderal RI Jeddah, Dr. Mohamad Hery Saripudin, lewat info tertulisnya, Sabtu (29/6/2019).
Otoritas berkuasa di Arab Saudi, jelas Hery, menyebutkan status sekarang ini masih termasuk aman. Tetapi dia minta supaya semua WNI masih siaga serta masih memonitor keamanan seputar.
“Kami terus memonitor kondisi keamanan disana. Sekarang ini alhamdulillah tidak ada korban WNI karena beberapa serangan rudal itu. Kami menyarankan WNI yang menetap di Abha selalu tingkatkan kesiagaan. Hasil pengaturan dengan otoritas berkuasa di Arab Saudi mengaitkan kondisi disana sudah kembali aman namun harus siaga,” katanya.
KJRI mencatat ada 9.034 WNI yang sekarang tengah menetap di Abha serta sekelilingnya. Abha terhitung satu diantara tiga daerah yang alami eskalasi serangan rudal yang dilancarkan barisan pemberontak Houthi di Yaman.
Selanjutnya Koordinator Service Masyarakat/PFK-1, Safaat Ghofur menjelaskan service terintegrasi itu selalu bersambung. Kedatangan Team Yandu sekaligus juga mensurvei untuk memastikan langkah evakuasi saat berlangsung suatu yang tidak diharapkan.
“Kami masih memiliki komitmen melakukan Yandu sebab jumlahnya permintaan yang masuk dari masyarakat yang menetap di Abha. Mudah-mudahan mendapatkan perlindungan Allah sepanjang menegur saudara-saudara kita disana serta memberi service pada mereka. Kami sadar kondisi keamanan disana riskan,” tuturnya.
“Beberapa langkah pelindungan WNI itu akan dikerjakan dengan menilai usaha pelindungan yang sudah pernah dikerjakan di Propinsi Jizan pada 2015. Waktu itu, kondisi keamanan dipandang beresiko hingga dibutuhkan langkah taktis serta terarah untuk mengevakuasi WNI,” lanjut Ghofur.