Home / berita umum / Merantau Itu Tidaklah Hal Yang Mudah

Merantau Itu Tidaklah Hal Yang Mudah

Merantau Itu Tidaklah Hal Yang Mudah – Tahun ini 3 kali saya bertandang ke Tokyo. Dalam tiap-tiap kunjungan saya kebetulan punyai peluang berhubungan dengan beberapa orang Indonesia yg tinggal di Tokyo serta seputarnya. Ada cukuplah banyak orang-orang Indonesia di sini. Ada mahasiswa yg tengah belajar, pegawai KBRI bersama-sama keluarga, pekerja profesional, pengusaha, serta buruh. Beberapa dari mereka merupakan pendatang sesaat. Mahasiswa, pegawai KBRI, serta buruh, kebanyakan cuma ada dalam periode khusus, lantas pulang. Pekerja profesional serta pengusaha merupakan beberapa orang yg condong bertempat serta tinggal lebih lama. Ada lagi group, ialah beberapa orang yg menikah dengan orang Jepang. Mereka ini tambah banyak yg bertempat.

Saya dahulu sempat jadi perantau di Jepang. Hampir sepuluh tahun saya tinggal di sini. Uniknya, walaupun tinggal jauh dari kampung halaman cukuplah lama, saya dahulu tidak sempat bermaksud tinggal bertempat di Jepang dengan cara permanen. Dahulu terkadang saya terasa kesepian. Kesepian itu saya jawab dengan kepercayaan kalau kelak saya bakal pulang, semuanya ini bakal selesai. Kesepian itu bukan suatu hal yg sangatlah kuat hingga menyiksa. Dia cuma suatu hal yg terkadang melintas dalam pikiran saya, kalau tempat yg saya tinggali saat ini tidaklah tempat permanen. Satu kala saya bakal kembali lagi negeri saya.

Oleh sebab itu, setiap waktu bersua dengan beberapa orang yg udah bermaksud bertempat, saya senantiasa rasakan kembali kesepian saya dahulu. Tidaklah mereka rindu pada kampung, sanak keluarga, makanan, serta beragam soal berkenaan dengan kampung?

Ali Syariati, seseorang intelektual Iran mendeskripsikan kalau dengan cara sosiologis manusia condong punyai ikatan yg sangatlah kuat dengan tempat lahirnya, atau lebih pasnya dengan tempat dimana dia tumbuh besar. Dalam psikologi itu dimaksud place attachement. Ikatan itu bikin manusia sukar buat tinggalkan tempat itu. Bila dia menjauh, dia mau balik kembali ke situ.

Merantau mempunyai arti memotong ikatan barusan. Dalam reaksi kimia yg kerja memotong ikatan antar-atom, lantas membuat ikatan model baru dengan atom beda, dibutuhkan suatu tenaga besar buat melaksanakannya. Tenaga itu mesti tambah besar ketimbang tenaga ikat antar-atom barusan. Demikian juga perihalnya dengan merantau. Mesti ada suatu hal yg lebih kuat yg dapat memotong ikatan pada seorang dengan hunian sebelumnya.

Dari lokasi mana sumber kekuatan yg lebih kuat itu? Sumbernya merupakan mimpi. Saya dahulu menghayalkan buat dapat berpergian ke luar negeri, mendatangi beberapa tempat yg belumlah sempat saya singgahi, bersua dengan beberapa orang yg belum juga saya kenal. Kekuatan mimpi itu demikian kuat, hingga kapan saja dalam kehidupan saya sebelum mimpi itu terwujud merupakan siksaan. Tamat SMA saya turut tes beasiswa buat kuliah ke luar negeri, namun saya gak lulus. Saya ” cuma ” lulus masuk kuliah di UGM. Kapan saja sepanjang kuliah itu saya mengandaikan alangkah indahnya apabila saya kuliah di luar negeri, bukan di UGM.

Saya sangat percaya beberapa orang yg merantau itu punyai mimpi yg makin lebih besar dari saya. Mereka punyai kapabilitas yg tambah besar buat memotong ikatan awal yg menambatkan mereka dengan kampung halaman, pun yg bikin mereka senang di kampung orang. Mereka punyai tambah banyak kekuatan buat membuat ikatan baru yg lebih kuat, dengan tempat baru.

Apakah sumber kekuatan yg dapat kuatkan ikatan baru itu? Dia dapat berwujud gairah pada pekerjaan yg digeluti. Apabila seorang sangatlah tertarik pada tugasnya, lebih apabila dia sukses di sektor pekerjaan itu, dia bakal senang. Tidak hanya itu, pengalaman pada tempat baru, hubungan dengan alam serta lingkungan mengakibatkan ikatan baru dengan pembawaan yg sama seperti ikatan pada kampung halaman. Sehabis sebelas tahun kembali lagi Tanah Air, terkadang saya tetap rasakan rindu pada kondisi Jepang, terutama pada kondisi 4 musim. Ialah, pada kesejukan musim gugur serta musim semi, serta pada menusuknya embusan angin pada musim dingin.

Merantau bisa tambah lebih ringan dengan majunya technologi komunikasi. Pada era disaat saya merantau dahulu saya cuma dapat menelepon sanak keluarga di Indonesia 1 bulan sekali, lantaran ongkos telpon mahal. Saat ini orang dapat mengerjakan penuturan video hampir kapan saja, dengan ongkos yg sangatlah murah. Sepanjang kunjungan ini saja saya kedua kalinya satu hari mengerjakan penuturan video dengan anak-anak dalam rumah.

Banyak perantau merupakan beberapa orang yg sukses membuat place attachement baru dengan tempat yg dia singgahi. Untuk mereka, berikut ini kampung halaman. Bisa jadi mereka malahan sukar tinggalkan tempat baru ini.

Embusan sejuk angin di ujung musim gugur di Tokyo ini benar-benar nikmat untuk saya, memunculkan cerita lama lama, pada kondisi disaat saya tetap tinggal di Jepang sebelas tahun yang silam.

About admin