Para Penjelajah Suaka Hadapi Masalah Sepanjang Perjalanan – Beberapa pelacak suaka masih bertahan di trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Mereka hadapi beberapa masalah sepanjang tinggal di jalan.
Salah seseorang pelacak suaka, Syringga (23), akui sudah tinggal di Jalan Kebon Sirih semenjak satu pekan kemarin. Awalnya, ia bersama dengan suaminya tinggal di Kalideres, Jakarta Barat.
“Saat kita disana (Kalideres), tidak ada seseorang juga yang perduli. Tidak ada rumah serta makanan. Jadi kita geser kesini mengharap ada yang membantu kita serta memberikan kita makan, rumah, serta menyekolahkan beberapa anak kita,” tutur Syringga dalam bahasa Inggris di Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Sabtu (6/7/2019).
Waktu dia tinggal di Jalan Kebon Sirih, kondisi tidak lebih baik. Syringga akui kesusahan tidur pulas.
“Sebab banyak kendaraan yang melalui. Tetapi kita tidak punyai langkah lain,” tutur wanita asal Afghanistan itu.
“Masalah tidur, akhir kali saat kita tidur, pencuri hadir, mengambil baju. Itu jadi permasalahan,” sambungnya.
Syringga serta keluarganya kesusahan memperoleh makanan. Dia bertahan hidup dari pertolongan pengendara serta beberapa orang seputar.
Syringga menceritakan masalah pelacak suaka yang bawa anak kecil. “Ada saudara-saudara kita yang punyai anak masih kecil, punyai banyak permasalahan. Cuacanya sangat panas, jadi mereka dapat sakit,” tutur Syringga.
Keluh Kesah Pelacak Suaka di Kebon Sirih: Sulit Tidur serta Tidak Punyai UangSuasana pengungsi di Kebon Sirih.
Pengungsi yang lain, Nasir Muhammad (27), punyai permasalahan yang tidak jauh berlainan. Nasir menjelaskan tidak mempunyai uang untuk makan.
“Kita tidak makan, tidak punyai uang. Kita ada orang Indonesia kasih sedekah. Tetapi tidak kita pilih-pilih,” tutur Nasir.
Untuk baju, Nasir akui beberapa orang yang lewat kadang memberi sedekah berbentuk baju.
“Mereka ada yang sendiri ada yang bagi-bagi. Kita ada yang kasih (baju),” lanjut pria asal Somalia itu.
Nasir akui sudah tinggal di Indonesia semenjak 2015. Dia melarikan diri dari negaranya sebab ada perang saudara.
Nasir tinggal di trotoar Jalan Kebon Sirih bersama dengan istri serta orang tuanya. Awalnya, dia tinggal di Kalideres, Jakarta Barat.
“Kita ingin tempat, ingin mencari makan, jika di negara kita ada permasalahan, jika di sini, sama di sini ada juga permasalahan, satu tahun lebih kita duduk di jalanan, hujan, panas, ada ibu hamil, ada anak, ada nenek-nenek. Jadi mereka (pemerintah) tidak jawab, mereka katakan, ‘pergi-pergi!'” tutur Nasir dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata.
Sabtu (6/7), beberapa puluh pelacak suaka terlihat sekedar duduk di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Persisnya di muka Menara Ravindo.
Terlihat beberapa puluh tenda dan tikar diadakan di tubuh trotoar. Kelihatan jemuran baju ditempatkan di kawat berduri. Beberapa baju ditempatkan di karung kantong sampah serta dijejerkan di muka Masjid Al-Makmur.
Beberapa pelacak suaka terbagi dalam lelaki dewasa, remaja, sampai beberapa anak. Beberapa dari mereka kelihatan sedang tidur serta beberapa lain sedang makan. Beberapa anak kelihatan berlarian di selama trotoar.
Beberapa pelacak suaka terlihat bawa beberapa barang bawaan. Salah satunya payung, koper, galon, gelas, piring, serta karung.